/penulis/
Nama Saskia P. Tjokro
Gender perempuan
Lahir 20 Oktober 1986
Tipe darah O-
Horoskop Libra
Shio Macan
Lokasi Indonesia
Okupasi mahasiswi
Saudara dua adik, Elang dan Eros
Kuliah di Trisakti
Belajar Teknik Arsitektur
Emailsaskochan@yahoo Ym saskochan
/kesukaan/
Pecinta liburan dan seni, terutama menulis dan
mendesain. Menggeluti arsitektur sampai muak, sampai akhirnya mendarah daging, menjadi nokturnal akibat terlalu sering
begadang, hingga menjadi cinta. Tak bisa jauh-jauh. Mengagumi
arsitektur dengan konsep dan konteks, menganggap bangunan adalah wahana
dalam mengungkap identitas penggunanya. Sarana ekpresi, selain fungsi. Menganggap bunga sebagai sesuatu yang indah, terutama lily
putih. Juga mawar putih. Suka berbicara, suka juga mendengar.
Lebih suka pantai daripada gunung, tapi dulu punya masa-masa kegilaan mendaki
gunung. Suka nonton di bioskop, apalagi hari Senin.
Suka Al Pacino dan Keanu Reeves. Ganteng. Scarface, The Godfather, dan
film-film komedi romantis. Suka F.R.I.E.N.D.S. juga. Suka warna merah bata, putih juga suka. tertarik melihat tone bernuansa tanah dan sunset. Suka ditelepon. Suka browsing.
Suka musik upbeat yang berasal dari band, suka funk juga. Kalau
sudah bertemu musik, susah untuk tidak berjoget. Tertarik dengan
warna musik John Mayer dan Jason Mraz. Menggilai Queen. Suka
Counting Crows, Save Ferris, dan Jamie Cullum. Sangat suka juga Dito hario Subandono. Favorit. Suka traveling,
tertarik dengan hal-hal yang berbau sejarah kuno, terutama
sejarah
peradaban-peradaban besar masa lalu. Mengagumi Cina sebagai tanah
yang usianya sepanjang zaman. Sangat kagum pada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW, menjadikannya teladan dalam melangkah, walau
lebih
banyak alpa daripada kesamaannya. Kagum juga dengan Michael Jordan, Leonadro Da Vinci, dan Raden Ajeng Kartini yang tetap menjadi wanita
dalam ketegarannya. Penganut Antoni Gaudi, maaf-maaf agak norak, dan
kadang bikin kurang pede. Menggilai fashion, punya perhatian
terhadap tren, walau bukan maniak merek. Menganggap
hidup sebagai petualangan,
sering berandai jadi Marcopolo, yang bisa keliling dunia bukan untuk
menaklukkan. Lemah dalam menolak tantangan seru, apalagi gila-gilaan.
Doyan jet coaster. Suka pesta. Suka
soto kudus, tergila-gila buah
dan sayuran. Berkebiasaan membaca di toilet. Punya tumpukan koran
dan buku di toilet. Menganggap komik sebagai salah satu hasil kebudayaan yang super.
Doyan Crayon Shinchan, Nana, dan Trigun. Suka badminton dan berlatih body combat.
/tidak:suka/
Benci serangga, benci tikus, takut ikan hiu, dan kaki-kaki udang.
Paling bete kalau dibentak. Takut film horor. Tidak suka ruangan
sempit, orang-orang rasis dan skeptis, seluruh ras laba-laba, dan
house music. Sebel sama lemak yang menggelambir di trisep tangan dan
paha. Nggak suka minum alkohol, segelas draft cukup membuat tangan
jadi bentol-bentol karena alergi. Yeah, alergi alkohol. Tidak
merokok, walau mau nggak mau jadi perokok pasif. Tak tertarik
otomotif. Tidak kuat mengkonsumsi monosodium glutamat, bodoh sekali
dalam bermain voli. Bodoh bermain bilyar, dan tidak pernah bisa
mengerti alasan kenapa Teletubbies bisa mendunia.
/daftar:keinginan/
Ingin bisa menyetir walau
tertunda karena takut menabrak. Ingin lulus kuliah dengan nilai baik,
dan punya cita-cita merancang rumah idaman yang di prototipe-kan.
Sedang mengumpulkan kemampuan dan amunisi untuk membuat sebuah
novel
roman, sedang berharap agar naskah-naskah cerita pendeknya matang
dalam pengkaryaan. Berharap buku bergambarnya rampung juga. Begitu
juga dengan proposal skrip. Sedang berusaha keras adar semua orang
yang disayangi mengerti bahwa mereka disayangi. Punya cita-cita
keliling dunia dan menulisnya dalam buku. Ingin punya uang banyak
lalu bikin sekolah baik di mana-mana. Ingin juga
BlackBoxed dapat
lebih banyak kesempatan berkarya, begitu juga Elephant Braindose.
Kangen bertemu sahabat-sahabat lama, ingin juga bertemu kawan-kawan
baru. Ingin membelikan Pak Tjokro (yang gaptek) sebuah notebook, dan
memberi Ibu Lies kejutan manis. Ingin turun 5 kilo. Sedang mencegah
keinginan memotong rambut karena ingin memanjangkan. Ingin
agar doa
yang selama ini dipanjatkannya terkabul.
/kredit/
blogger.com
google.com
www2.cbox.ws
|
/celoteh:jurnal/
Saturday, July 30, 2005
Pageants. Misses. Misters.
Barusan aja pulang dari malem mingguan. Ada Grei, Kaza, Dachu, Ban, Macan dan Keshia (pas kita jalan, serasa ada theme song TVRI 'menjalin persatuan dan kesatuan', soalnya dari mata sipit, kulit londo, sampe lengan sawo mateng jalan bareng gitu). Jalan sama mereka selalu asik. Biarpun cuma nongkrong kongkow-kongkow tiada tentu, tapi hati rasanya riang. Malah kerasa sesak kalo udah waktunya pulang. Hal ini mirip dengan kalau aye menghabiskan waktu bareng sohib-sohib Childhood Alliance atau Etainment dulu. Sampai ada mitos, yang dicetuskan Sara dan Rori, bahwa diskusi selalu menjadi makin asik ketika makin dekat waktu pulang. Bawaannya ngga mau berpisah.
Hal ini lain dengan ketika aye ngumpul sama sesama alumnus SMU Labsky dan geng pecinta alam Palabsky. Bersama mereka, entah kenapa, rasa kangen itu selalu terobati ketika ketemu, dan aye selalu merasa siap jika nanti tiba waktunya pulang. Apa ya? Seolah tiap ketemu adalah waktu untuk menge'charge' baterai rasa kangen, untuk nanti tak bertemu lagi sampai baterainya habis. Ketika tiba waktunya berpisah, aye merasa keakraban yang ada tak akan berubah jika kita ketemu lagi suatu saat. Dimanapun.
Mungkin ini yang namanya persahabatan kali ya?
Yang sekarang aye rasain ini adalah perasaan kangen, tapi nggak menggebu-gebu. Di otak aye kepikiran semua. Apa yang sedang dilakuin, apakah temen-temen smua bae-bae aja, dan tentang rasa sayang aye ke mereka. Aye emang orang yang super pelupa kalo urusan ingat-mengingat tanggal ulang tahun. Diakuin deh, emang BODO banget. Tapi jujur, itu benar-benar ngga disengaja (makanya, aye sangat kebantu dengan friendster hehehe). Aye tahu ingat-mengingat ultah ini bisa menjadi hal yang besar untuk beberapa orang. Seperti Suncar, misalnya, yang tiap tahun menghitung siapa aja 10 besar orang yang pertama memberinya ucapan selamat ultah. Aha.
Dan, kembali ke penjelasan tentang baru pulang malem mingguan. Ketika beres-beres bantuin Mama di kamar, di Trans Tv ada finalis pemilihan cover majalah Men's Health Indonesia. Widddiihhh, keren abas deh badan tu cowo-cowo! Ngga gede, tapi 'jadi'. Ngga penuh otot kayak Ade Rai, tapi juga ngga kerempeng. Ngga pada seganteng Brad Pitt, tapi pandangan matanya memancarkan daya tarik subyektif yang bisa bikin cewe-cewe klemer-klemer. Cuci mata banget, hihihihi. Waktu aye nonton, acara udah mendekati puncak. Sang model cover udah kepilih. tapi yang jadi poin adalah ini ngebuat aye inget kontes-kontes serupa yang lain. Lagi musim pageant, lho.
Kemarin ini baru aja kita punya miss Indonesia yang baru. Menggantikan Atika Sari Devi. Menurut aye sih bagusan acara yang tahun lalu (miss Indo 2004), tapi ya sudahlah. Wajah Femina juga sudah finalis. Begitu pula dengan Gadis Sampul. Dan oh ya oh ya oh ya, ini yang paling fenomenal, Miss Impian.
Ada yang tahu? Yaa~ ini, kontes Miss-Universe-wannabe yang dibuat Indosiar dengan menginspirasi versi orisinilnya di Thailand. Kontes pagean yang tidak mengatasnamakan regional, melainkan nama sendiri dan tidak harus belum menikah (jadi sebenernya agak ngga sesuai dengan titel 'Miss'nya), serta HARUS berbobot badan minimal 90 kilogram. Yeah, 90 kilogram. Kalo hamburger, BicMac. Kalo motor, Harley Davidson. Kalo pageant, Miss Impian. :P
Menurut pihak Indosiar, yang dicari dari Miss Impian ini (selain keuntungan nominal, tentunya) adalah seorang entertainer yang percaya diri dan serba bisa. Entah tolak ukurnya dari mana, karena yang menilai bukan juri melainkan sms pemirsa. Di lingkungan aye kontes ini menimbulkan pro dan kontra. Biarpun pihak Indosiar melalui presenter acaranya berkali-kali bilang kalo acara ini bukanlah pelecehan melainkan kesempatan, tapi temen aye (aye lupa siapa) ada yang bilang "Kasian banget sih mereka, dijadiin badut gitu." karena memang di tiap sesi ringan para peserta kadang diolok-olok perihal pola hidup mereka (kayak makan dll). Sementara itu, di sisi lain temen aye juga beberapa menganggap itu malah bagus, karena ngebuka kesempatan orang-orang ekstrovert sanguinis yang (kebetulan) bobotnya 'lebih' untuk bisa memuaskan kebutuhan psikologis mereka tampil di depan orang banyak.
Aye sendiri sih sekarang tiap hari jam 16.30 dan tiap hari senin jam 20.00 jadi penonton setia, soalnya selain karena bisa mencontoh betapa lapang dadanya mereka menerima kenyataan, melihat para Miss Impian membuat hati aye lebih 'lega'. Abisnya, kalo dibandingin mereka kan aye yang paling langsing. Seperti doa egois yang intinya 'Tuhan, tolong jadikan aku langsing. Namun jika Kau tak menghendaki aku menjadi langsing, maka buatlah semua gadis menjadi gemuk.'. Hihihi. Doa yang licik dan egois.
Dan ngga cuma karena lega aja, sebenernya. Ada sisi nostalgianya juga, karena aye pernah menderita obesitas tanpa aye sadari. Aye cuek2 aja ngerasa kurus, padahal huahuhuahuhauhua. Jadi, aye ngerasa para Miss itu kayak aye. Aye pernah menderita obesitas. Turun-temurun keluarga bokap ngewarisin gen bongsor ke aye. Nenek bodinya buah pir. Mama pantatnya bohai. Mustahil aye bisa jadi seperti Twiggy. Kalo ukuran baju cewe aye ngga bakal pernah bisa muat ukuran S, hihihi (kecuali S-nya butik Hughes, mungkeeenn). Aye tahu rasanya punya bobot berat. Dulu, waktu aye kelas 6 SD, berat aye 85 kilogram. Aye kagak boong. Itu terjadi karena pola makan yang salah, karena waktu lahir berat aye ngga nyampe 2,5 kg (kata Mama). Nah, dari situ aye dicekokin lemak yang agak berlebihan. Jadilah aye sangat berlebih. Hal ini baru disadari ketika aye beranjak SMP akhir, waktu itu kaki aye sering terkilir tanpa sebab (yang akhirnya diindikasi dokter sebagai hasil karena ngga kuat nahan bobot badan yang terlalu berat). Karena ngga tahan sakit terkilir melulu, akhirnya aye mau juga nerima bujukan Mama untuk diet ketat.
Suangat ketat, tanpa pengawasan dokter, tanpa pil pelangsing karena waktu itu aye masi di bawah umur). Aye turun 25 kg dalam 4 bulan, dengan keuntungan badan aye yang masi tumbuh (jadi lebih responsif terhadap perubahan pola makan). Caranya? Aye sama sekali ngga makan daging. Ngga makan nasi. Ngga boleh minum apapun kecuali air putih dan Redoxon tiap pagi. Sehari-hari cuma diisi buah, ikan, sayuran, dan suplemen nutrisi. Tiap Senin Kamis puasa, tiap hari lari di treadmill selama 30 menit ngga berhenti. Puasa tetep lari juga. Makanya, temen aye yang SMP sering kagak ngenalin kalo jarang ketemu hehehehehe.
Sampe sekarang, sindrom yo-yo masih ada akibat turun-naik bobot tiba-tiba itu. Tapi sekarang si dah stabil, alhamdulilah. Ngga perlu berbodi Eva Mendez untuk menikmati hidup. (Sebenernya pesan ini bisa tersampaikan dengan baik di program Miss Impian, andai saja olok-olokan dan keprofesionalan penyelenggara konsisten dan tak menjadikan mereka bahan tertawaan. Sayang.)
Mood to listen: Life by Desiree SpiritOfTheMind'sDance
s a s k i a
bercerita saat
11:34 PM
____________________________________________________________________________
Sunday, July 24, 2005
Ini sedikit cerita~
Aye ini emang blogger yang buruk, karena updatenya bener-bener seenak hati. Kalo lagi parah bisa dua minggu dianggurin, sementara kalo lagi rajin kayak sekarang, belom 3 hari udah ngisi lagi. Yah, maklumin ajalah, soalnya online aye juga ngga tentu, kan.
Masih mengenai perjalanan kembali ke almamater SMU lusa lusanya kmarin. Waktu lagi duduk-duduk di dekat stand pecinta alam, majalah sekolah yang terbaru dibagi-bagikan secara gratis. Hebat sekali, mengingat waktu dulu harganya 15.ooo sebuah. Nah, dari situ, aye membaca-baca, siapa tau ada isi yang menarik.
Dan membacalah aye satu judul artikel buatan pak Ucup, Yusuf Effendi, guru kimia yang dulu jadi akrab (sekaligus kadang-kadang sasaran kebetean) karena aye termasuk salah satu murid yang nggak cukup cepat nangkep pelajaran mol-molar-molalitasnya itu. Dulu, waktu aye masih SMA, beliau terhitung yang paling freshmen di kalangan guru-guru. Umur belum 30, belum menikah, dan pengalaman pertama mengajar baru di situ itu. Tapi kemarin? beliau adalah ketua guru yang membawahi semua ekstra kulikuler. Beliau juga menjadi salah satu guru yang dikirim yayasan untuk studi banding (kayak DPR aja nih pak, hihihihi) ke sekolah-sekolah Australia. Artikel yang ada di majalah sekolahku itu adalah artikel hasil review beliau ke sekolah-sekolah di sana.
Dan, di artikel itu, beliau cerita tentang pandangannya sebagai pengamat pembanding sekolah indo dan Aussie. Beliau bilang, indo punya doktrinasi keseragaman yang dijunjung amat tinggi, seolah tidak sama adalah dosa banget. Beliau cerita tentang ketika SD, tugas menggambar bahkan diberi judul yang sama, contohnya "Menggambar gunung!" (which is pasti jadinya nanti dua gunung, di tengahnya ada matahari, dibawahnya ada sawah, trus ditengahnya ada jalan). Bahkan beliau cerita tentang teman beliau yang dulu ditegur gurunya gara-gara mewarnai langit bukan dengan krayon biru.
Dan aye jadi teringat, tentang dialog dengan tukang taksi ketika aye dan Donna dalam perjalanan menuju Trisakti. Waktu itu aye lagi becanda ma Donna, aye bilang ttg adanya beasiswa dari dana kompensasi BBM untuk mahasiswa, tapi syaratnya harus melampirkan surat miskin. Donna nanggepin kalimatku itu dengan ngomong hal yang intinya kalo dia ngambil tuh beasiswa, trus ngelampirin surat miskin, kalo nanti pada kenyataan di perkuliahan ada orang yang lebih miskin gimana? Parameternya tak terukur dengan jelas. Pada saat itulah, sang tukang taksi nimbrung. Bapak entah-siapa-namanya itu menimpali dengan mengeluh bahwa katanya BBM mau naik lagi, sementara anaknya masuk SD negeri habis 4 juta. Di sisi lain, dia juga nggak mau nulis surat miskin, karena toh dia merasa 'cukup' untuk hidup sehari-hari, tapi TIDAK punya tabungan untuk seperti itu. Aku dan Donna cukup lama mendengar keluhan-keluhannya, tentang buku textbook yang 400 ribu dan pemerintah yang menurutnya ngasi kebijakan ngga tepat guna. Yang diberesin harusnya yang langsung menempel pada rakyat, bukan kurikulum blablabla, menurutnya. Intinya, surat miskin emang bikin bingung. Pak supir taksi mau dapet kompensasi, tapi dia merasa nggak se'miskin' itu. Padahal, dari definisi penerima qurban, miskin adalah sebutan untuk orang yang bisa mencukupi dirinya sendiri, namun tidak bisa cukup untuk hari esok (di atasnya fakir, karena fakir bahkan ngga bisa mencukupi kebutuhan primernya sedniri). Namun yang mana sebenernya kebutuhan primer? Dan kapan sih, sebenernya, manusia merasa cukup? Apa lantas dengan punya mobil berarti seseorang tak miskin, dan apa lantas dia kaya kalau gajinya 2 juta tapi anaknya ada 8?
Daaaannn jadi kepikiran juga, gara-gara ngomongin harga sekolah dan baca artikel Pak Ucup... Gaji guru naik nggak sih? (Anyone ada yang tau?)
Lalu, jadi wondering juga, ya. Marilah kita percaya bahwa surga benar-benar ada, karena Nabi pernah bilang bahwa yang paling banyak masuk surga adalah orang miskin (tentunya parameternya beda lagi kali ya?). Dan menurut Pak Ucup, beliau merasa profesi guru akan menjadi profesi masa lalu yang populer bagi para penghuni surga. Ah Bapak bisa aja, hahahahaha.
Dan kemarin, aye sejak sore sampai pagi tadi tak ada di rumah. Di GOR Bulungan ada acara Lunatic Beat, pergi bareng Rave dan Ban ngider-ngider, sebelum sorenya mampir ke Blok M untuk mencari hadiah buat Pewe di acara malam harinya. Malemnya, di Nebraska Grill, ultah Pewe. happy bday to u, gurl. Dan pestanya? Asik banget. Right place, right time, and right people. Really great moment. Pulangnya jam 10.30, kecantol diajak ke Bre*kShot dan melanjutkan maen bilyar sampai jam 12. Diantar ke rumah sama Tuan Muda Andi.
Dan sekarang? Baru bangun sekitar sejam yang lalu. Yeah, Subuh lewat >_<. doraemon dan Shinchan juga lewat. Duh.
*ngescroll ke atas* kebanyakan nulis kata 'dan' dan 'lalu', kayaknya.
Mood to listen: Supersonic by Jamiroquai SpiritOfTheMind'sDance
s a s k i a
bercerita saat
12:15 PM
____________________________________________________________________________
Friday, July 22, 2005
Ubek-ubekan harddisk
Kemaren ini aye ngubek-ubek data lama di laptop nyokap, bermaksud memindahkannya ke kompi. Dapet ini, sebuah lirik lagu yang sempet dibikin dari hasil inspirasi waktu lagi capek-capeknya menjalani hubungan yang aye sendiri nggak ngerti apa yang aye rasakan. Suka, sebel, marah, sedih, seneng, nyampur jadi satu, sehingga akhirnya jadi mati rasa sendiri.
Pas tadi baca lirik ini jadi ketawa-ketiwi sendiri, mengingat keadaan aye waktu itu. Dan kalo memang sering mantengin blog aye, pastinya sempet tau deh, di saat tiba-tiba hari Senin postingnya gembira, Selasanya langsung bete, trus Rabunya mellow. Pokoknya moody berat. Nadanya sendiri aye dah lupa, tapi kalo ngga salah mainnya di kunci minor, ala lagu-lagu John Mayer gitu. Ntar deh, aye inget2 lagi. Dan kayaknya grammarizednya masih ngaco, maklumlah nggak pernah nginjek tanah Londo. Apalagi track record musisi, amatiran aja dah kebagusan hihihih. So here it is, Frigid Session. Grammar di cek 3 kali, di pihak Graymalkin (dulu bangeett), Buyung, dan Tante. Makasi, lho :P. Caci maki kritik dan puji dinanti-nanti dengan senang hati. Hihihi.
------------------------------ Frigid Session
I was so reckless Denied and careless Baby I didn't recognize This emptiness inside
When the touch is no longer tender The kiss gives no more pleasure And I'm no longer happier
I forget The way I'm high I forget The shivers in tight
My love is pure It needs no donations And I'm your doll for satisfaction Yes baby I'm your total companion
But baby please don't ask Do I enjoy all these unbounded.
I'm just here, for no reason In my own frigid session
Baby please don't mess around Baby I don't need your crown Just wanna sit here all alone In my own frigid session
I love you I love you That is why I stay My mind's confused And my heart is breaking
Just like it'll be neverending I love you I love you That's the statement to be obeyed Or is it a lie?
Baby I love you In my own frigid session
---------------------------- Ah ya, kemarin pergi ke Expo Ekskul labschool, berkumpul bersama alumni dan kawan-kawan Pecinta Alam. Seru sekali. Miss u much, guys. Pulangnya jalan ke Pobsi ma Andi Pewe dan Airin, meregangkan naluri bilyar yang sudah sangat kaku. Ah aye emang ngga pernah jadi pinter main tuh game, hehehe.
Mood to listen: Float On by Modest Mouse SpiritOfTheMind'sDance
s a s k i a
bercerita saat
11:27 PM
____________________________________________________________________________
Sunday, July 17, 2005
Libur!
SP selesai, bwahahahahaha bahagianya hidup ini! Slamat datang pagi nan cerah di rumah! *Bahagia bahagia* Btw... Duh, tadi mo ngomong apa sih? Ini bener2 kebiasaan buruk, pas ngga ngeblog punya banyak yang mau diceritain. Giliran dah di depan kompi, blank smua. Ah ya sudahlah, biarin pikiran ngalor ngidul aja ya.
Ah ya, inget juga. Jum'at kemarin aye nonton Gie sekeluarga. Film yang alurnya dokumentatif, tapi penggarapan settingnya lebih mirip film pop yang ngga punya basis sejarah. Aye sendiri tahu Gie pertama karena dia salah seorang pendiri Mapala. Barulah, dari bukunya Catatan Seorang Demonstran.
Nah, itulah yang menurut aye kurang kejamah. Di film, Gie lebih keliatan kayak seorang melankoli yang menyesali keberadaan dirinya yang menghantarkan indonesia pada era militerisme daripada seorang yang ngga ragu membela apa yang dia anggap benar demi negerinya. Tapi tak tahu, mungkin film ini memang bukan dokumentasi. Mungkin interpretasi.
Dari sedi kenikmatan menonton film,(aye ini bener-bener blank, bener-bener cuma penikmat biasa. Aye ngga ngerti angle-angle kamera, ngga ngerti deh yang 'mendalam'nya) menurut aye, film Gie ini punya beberapa kejanggalan yang harusnya bisa diselesaikan untuk sebuah film yang budgetnya Rp 3 miliar. Apa ya? Settingnya kurang bisa membawa kita ke dunia era 1965. Kurang gimana, gitu. naah, menurut aye, inilah beberapa kejanggalan yang aye rasa:
1. Gie adalah warga katolik Tionghoa. Tinggalnya di lingkungan tionghoa. Tapi, logat cinanya sama sekali ngga kelihatan. ini terjadi pada semua tokoh tionghoa di film ini. Kesannya jadi gamang, karena cara ngomong mereka sama dengan orang jawa ato orang pribumi.
2. Gie pake kaos oblong ala giordano. Yeah, Quantum Leap.
3. Ira, cewek yang disukai Gie, menerima Gie bertamu di rumahnya tanpa dandan dan memakai kaos rumahan dengan sarung. Bukannya apa-apa sih, tapi it's kinda awkward, somehow. Soalnya setau gue tatakrama jaman dulu mana ngebolehin si seorang gadis perawan ketemu sama 'orang luar rumah' dengan wajah berminyak, rambut awut-awutan, dan kaos abu-abu kedodoran? Apalagi kalo yang mau ditemui itu laki-laki.
4. Tokoh yang diperanin Wulan Guritno kayak salah zaman. I mean, di cerita, peran dia itu digambarkan sebagai seorang gadis yang datang dari wealthy chinese family. Dan dia termasuk cewek modis, karena bahkan ada adegan dia belanja bedak make up segala. Tapi apa yang aneh? Rambutnya nggak bob ala twiggy (ngga mencerminkan era 60's, karena dia bob BONDING seleher), dan make upnya ngga mencerminkan tahun itu. Dia pake rona pink, lipstik pink, blush on pink, which is very ODD in that time soalnya waktu itu lipstik cuma punya satu warna: merah PDIP.
Dll, yang ini aja yang sempet gue inget, sih. Ya, tapi overall, bahagia akhirnya kita punya film yang mengangkat tema sejarah 1965 juga. Ada yang punya tanggapan akan film ini? Film ini potensial banget untuk ngundang banyak opini, karena di dalamnya sendiri sejarah yang masi temporer kebenarannya digarap dan dijadikan setting cerita.
Dan kebayang, jika nonton itu sama bokap yang masa remajanya diisi dengan membaca Di Bawah Bendera Revolusi ratusan halaman? Hahah, yap, after filmnya terjadi diskusi panjang yang bikin Mama sampe ngantuk. Adek aye yang paling kecil, Eros, minta dijelasin dari awal karena dia nggak terlalu ngerti. Dia, di umurnya yang baru menginjak 12, bertanya tentang siapa itu Marx. Lenin. Tolstoy. Apa yang Soekarno lakukan, dan apa itu komunis, sebenarnya.
Lucu banget, karena penjelasan demi penjelasan yang Ayah, aye, dan Elang (adek gue yang 2 SMa) jelaskan membawa semuanya ke lingkup yan lebih luas, karena Eros nggak berhenti bertanya (ngebikin gue makin sadar, ni anak bener2 tertarik sama sejarah). Keluarlah nama Bros Tito, sampai penjelasan-penjelasan tentang Syahrir dan Soviet. Wah, what a nite. Gara-gara itu kita sampe batal ke pameran otomotif Gaikindo hahahahahaha.
Dan hari Sabtunya kita nonton tribute to Queen bareng om Iyung sekeluarga. Ah, serasa tahun 80'an, karena semoa cowo pada pake blazer kayak yang dipake Mas Boy di Catatan si Boy waktu dia lagi disko-disko.
Proses edit masi berjalan, naskah raw yang dah kubenerin lagi dikasi ke Mbak Ike. Smoga berjalan lancar, amin. doa-doa ya ;)
Mood to listen: How Far is Heaven by Los Lonely Boys SpiritOfTheMind'sDance
s a s k i a
bercerita saat
11:14 PM
____________________________________________________________________________
Sunday, July 10, 2005
Deadline
Semester pendek berjalan, dan selama juli ini juga gue dikasi tenggat waktu sama Mbak Ike buat nyelesaiin editan novel. Beliau berkali-kali ngewanti-wanti dengan kata-kata "Kamu doang lho Sas, yang belom terbit," dan "Kamu dah saya jadwalin terbit September, so kasi ke saya paling lambat akhir Juli." dan "Nggak cuma kamu kok Sas, yang begini. Semua orang ngalamin masa ini. Bahkan Marga T.,..."
Fuih~
Dan beginilah saya sekarang, pagi SP, siang sampe sore ngedit novel, sore sampe malem biasanya ngumpul bareng ayah mama elang eros. Dunno ayah slalu ngajak alan gitu, entah hanya 'sekedar' ke kaki lima bintaro belakang, sampai ngajak gue muter-muter ntraktir baju. Cihuy~ banyak stok baru ni hihihihi.
tentang novel, ternyata ngga sesusah itu. Jujur aja, gue sempet freak out waktu sebulan lalu Mbak Ike bilang banyak yang MUSTI diedit besar2an. Beliau bilang, sinkronisasi ceritanya harus lebih maksimal, dan pembaca itu kritis, dan gramedia itu mau jaga mutu, etc etc. Membuat gue yang sangat pemula sempet down juga, mau ngga mau. Beliau memprint keseluruhan draft, trus menggaris merah semua kata2 yang dianggap ngga penting (atau kelebihan makna). Okay, itu ngebikin gue makin ciut, walau gue tau masa edit ya memang seperti itu. Apalagi, (kata Mbak Ike) karya ini hasil lomba. Wajar kalo ceritanya ngga kegarap maksimal, karena ketika bikin kita dikejar deadline yang cuma 3 bulan. Justru itu, proses edit ini jadi seperti ini.
Banyak yang kutambahin di cerita tentang Karen dan Nadia ini (lucu deh, makin hari, makin gue edit, gue makin cinta sama dua tokoh ini). Elemen-elemen yang rada ga penting gue coba kesampingkan, dan nambahin adegan-adegan yang bikin apa yang gue maksud menjadi lebih konkrit. Ngga nyangka, bikin teenlit prosesnya sepanjang ini juga, hihihi. Sekarang proses edit udah sampai bab 8, dari keseluruhan target 17 bab. Doain minggu depan bisa selesai, ya.
Sementara itu, rumah sekarang nga terlalu rame. Elang pergi BTPI bareng Labschool. Eros juga lagi rame2nya basket. Mama lagi sibuk2 Petro Cup. Keadaan kae gini ini ngebikin isi otak berpikir ngelayang ke mana-mana. Nostalgia, dan harapan. Kehidupan cinta juga akhir-akhir ini hidup lagi. Kampus juga, lagi seru-serunya. Unge kemaren ultah, dan kusadarin anak2 A3 semakin deket karena kita saling bahu-membahu. Padahal begitu keluar kampus, hell, kita semua beda banget. 15 cewek dari seluruh Jabotabek, dengan latar etnis, agama, kehidupan ekonomi, dan lifestyle yang beda-beda. Mengetahui kenyataan kita bisa akrab (yang awalnya karena tugas arsitektur yang bejibun maksa kita buat ngerjain bareng) adalah sesuatu yang greatful.
Oiya, Chanel ma Jingu di Jakarta. Mau ngajak gila-gilaan, katanya. Can't wait, gurls. Miss u.
Mood to listen: Everlasting Love by Jamie Collum SpiritOfTheMind'sDance
s a s k i a
bercerita saat
7:47 AM
____________________________________________________________________________
/pengunjung/
/salam:singkat/
/arsip:blog/
October 2003
November 2003
December 2003
January 2004
February 2004
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
September 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
January 2008
February 2008
March 2008
April 2008
May 2008
June 2008
May 2009
June 2009
/Banner:Site/
Seperti ini:
Dengan mengkopi paste ini:
/banner:lalu/
(Linked to J.F.S.B.S.)
/jurnal:taulan/
[Chikage]
[Her aLL]
[Badrul]
[NinaNa]
[Imelda]
[Droo]
[DeboRa]
[Epri]
[Chresfery]
[Randavalian]
[Mia]
[Azusa]
[Desska]
[Sony Azgar]
[Bhowo]
[Nicko]
[Alih]
[Yaya]
[Nada]
[Dj Okay]
[Cecil]
[Shofa]
[Lunna]
[UmmAyMumhu]
[Dona]
[DeviShanty]
[PiYo]
[Linzz]
[Kamesywara]
[JessicaFaysea]
[UpPiE]
[AliDZ]
[Ririn]
[Vierz]
[Diu]
[NOA]
[PaMz]
[PatZoy]
[KangMas Anom]
[Mc Wing's]
[DhimAsKeRen]
[NanDien]
[CuPid]
[AdiPutRa]
[eviTa]
[TajidYakub]
[YoyoMoRon]
[Kuda]
[15June]
[Dodi]
[UletBuluNaekDaun]
[daNi-]
[SamuEl]
[Anak-AnakLaut]
[CinDy]
[CheLLy]
[Tyasawa]
[Boris]
[BebeQ
[Buaya-Kun]
[Cat Shade]
[Cicek]
[Karina]
[Insu]
[Pu3Halliwell]
[Cornelia]
[Jingu Jay]
[RazzLy]
[AinunNajiB]
[GanDa]
[RonaldHW]
[Syn]
[Molly]
[Lia]
[Ary Orbital]
[Pyurio]
[EnerGy]
[Na]
[Kiki Frannie]
[Soe]
[Carrot]
[SaljudiParis]
[PinkNina]
[Kudu]
[Spawnie]
[DimasDimdim]
[Michiru]
[Kabul Tan]
[PiperTya]
[NindyaKappA]
[RaDith]
desain oleh Saskia@2007
| |